Shichinin no Samurai (Seven Samurai)
Friday, July 05, 2013
Puluhan tahun lalu, jauh sebelum Jepang terkenal dengan berbagai
manga dan anime, ada sebuah film kolosal Jepang yang sangat berpengaruh dan
diingat oleh dunia dalam kurun waktu yang cukup lama. Seperti halnya Indonesia
yang punya film kolosal berkelas seperti Cut Nyak Dhien dan Janur Kuning –meskipun
judul terakhir seluruh isinya dikotori propaganda tiran–, Jepang juga punya
film kolosal mahal dan berkelas rilisan tahun 1954 berjudul Shichinin no Samurai yang dibuat oleh Akira Kurosawa.
Film ini mengisahkan 7 orang ronin –ronin adalah sebutan bagi samurai
yang tidak terikat dengan klan atau majikan– pada masa perang Sengoku yang
membantu penduduk suatu desa untuk menghadapi para bandit. Pada masa Sengoku,
Jepang dilanda perang sehingga desa-desa yang ada tidak mendapat perlindungan
yang baik dari pemerintah dan justru dikuasai oleh para bandit seperti
masa-masa feodalisme di Eropa pada abad pertengahan.
Penduduk desa tersebut yang lemah dan tak berdaya berupaya
mempertahankan beras dan makanan mereka dengan menyewa para ‘ronin kelaparan’ dengan
imbalan sebagian makanan yang mereka miliki. Setelah sebelumnya terjadi
perdebatan di antara penduduk desa karena sebagian dari mereka takut para ronin
akan meminta bayaran mahal dan mengambil anak-anak gadis mereka, akhirnya
beberapa utusan desa pergi ke kota untuk mencari ronin yang mau mereka sewa
untuk menghadapi para bandit.
Saat mereka mulai putus asa karena tak kunjung mendapatkan ronin,
muncul Kambei Shimada, seorang samurai baik hati yang aksinya dalam film
diawali dengan menolong seorang anak kecil di desa tersebut dari sebuah
penculikan. Kambei-lah yang pada akhirnya membantu penduduk desa untuk
mengumpulkan ronin-ronin lain hingga berjumlah 7 orang.
Setelah berupaya keras bersama beberapa utusan penduduk desa, Kambei
berhasil mengumpulkan 6 orang ronin, yaitu Katsushirō
Okamoto, seorang
ksatria aristokrat yang sebenarnya belum teruji ketangguhannya; Gorōbei
Katayama, seorang pemanah ulung dan pembuat rancangan utama pertahanan
desa; Shichirōji, mantan letnan Kambei di perang yang pernah ia ikuti
bersama Kambei sebelumnya; Heihachi Hayashida, seorang samurai ramah; Kyūzō,
seorang samurai yang berwajah serius dan sangat berbakat; dan yang terakhir
adalah Kikuchiyo, tokoh eksentrik yang menjadi tokoh pembeda dan
dianggap sebagai anomali dalam film ini. Dengan
kisah pengumpulan tokoh-tokoh protagonis yang berjumlah 7 orang, film ini
disebut-sebut sebagai pencetus gaya rekruitmen tokoh jagoan dalam film-film petualangan
yang rilis setelahnya.
Dengan komando dari Kambei Shimada, para ronin menyiapkan strategi
untuk mempertahankan desa dari serangan para bandit yang berencana datang saat
musim panen tiba. Selain itu mereka juga berusaha melatih para penduduk desa
agar juga turut berpartisipasi mempertahankan desa mereka, termasuk mengajari
para penduduk mengenai strategi pertahanan dengan membangun pagar-pagar dan
membuat parit-parit. Akhirnya, dengan susah payah mereka berhasil menumpas
seluruh bandit yang berjumlah 40 orang dan mampu mempertahankan desa, meskipun
4 dari 7 orang ronin dan beberapa penduduk desa tewas.
Dengan alur yang agak lambat di awal hingga pertengahan film, Shichinin no Samurai menyajikan adegan peperangan yang sangat atraktif
dengan sangat detail karena sepertinya film ini direkam dengan banyak kamera. Dengan
durasi yang panjang, film ini juga menjelaskan strategi perang yang dilagakan
dengan gamblang. Meskipun pertarungan yang terjadi hanya melibatkan puluhan
orang, tapi disitulah letak keunggulan film ini, tiap orang yang bertarung dan
bahkan tewas digambarkan secara detail. Bahkan kita dapat menghitung satu per
satu dan menghafal orang-orang yang berduel di tiap adegan jika mau.
Jika menonton film hitam-putih, sangat wajar jika ada beberapa setting film yang diambil di studio
karena alasan penghematan biaya, seperti di film Ladri Di Biciclette atau
film-film Charlie Chaplin yang pernah saya tonton. Tetapi, di film Sichinin No
Samurai, Akira Kurosawa membuat semua setting
film di luar studio, termasuk membuat desa sebagai setting utama lengkap dengan perkebunan dan parit-parit. Hal inilah
yang menurut lansiran wikipedia membuat proses produksi film ini ditunda
beberapa kali oleh rumah produksi yang membiayai film ini. “Kualitas dari latar mempengaruhi kualitas
penampilan para aktor,” ujar Akira Kurosawa seperti dilansir wikipedia.
Tidak hanya masalah setting film, Sichinin no Samurai juga
melibatkan kru khusus untuk melakukan riset sejarah, pemanahan, dan
pertombakan. Kutipan-kutipan luhur a la jagoan samurai bijak seperti digambarkan
di akhir film ini tampak seperti salah satu ajaran luhur samurai yang kabarnya
tetap dijaga sebagai konvensi di Jepang hingga sekarang.
Di penutup film, para samurai
mencerminkan hubungan antara kelas petani dengan ksatria. Walaupun mereka
berhasil memenangkan pertempuran demi para petani, mereka telah kehilangan
teman-teman mereka dan berusaha untuk tidak menunjukkan rasa kehilangan itu.
"Sekali lagi kita dikalahkan," renung Kambei. "Pemenangnya
adalah para petani. Bukan kita."
Dengan berbagai keunggulan teknis dan
riset-riset sejarahnya, lengkaplah sudah film ini sebagai film mahal dan
berkualitas tinggi, sehingga layak dimasukkan sebagai salah satu film terbaik
sepanjang masa oleh kritikus film, Egi David Perdana.
Judul
: Sichinin no Samurai
Sutradara : Akira
Kurosawa,
Pemeran : Takashi Shimura, Toshiro Mifune
Bahasa : Jepang
Distribusi : Toho (Jepang), Columbia Pictures (Amerika Serikat)
Tahun rilis : 1954 (Jepang), 1956 (Amerika Serikat)
2 comments
wah nama saya disebut hhehhe, saya merasa ngga pantas disebut kritikus, saya lebih senang disebut penulis naskah film karena itulah profesi saya yang sesungguhnya :), kalau kritikus sampai sekarang saya tidak merasa, nanti saya ditabok om peter travers lagi kalo saya alih profesi hhahha :D soal kualitas sendiri mungkin yang paling mendekati atmosfer 7 samurai untuk karya sutradara lain ada 2 yaitu Sansho Dayu dan Ugetsu Monogatari, semuanya karya Kenji Mizoguchi dan uniknya 3 film tersebut rilis di tahun yang sama untuk Sansho dayu dan 7 samurai dan satu tahun sebelumnya oleh Ugetsu, cuma atmosfernya loh yang mirip, bukan jalan ceritanya hhehhe, apalagi sampai adegan perangnya, karena 2 film itu lebih mendekati drama, bahkan horror untuk Ugetsu, makanya meskipun disebut film paling berpengaruh di dunia 7 samurai secara tidak sengaja saya anggap terpengaruh atmosfer Ugetsu, saya sendiri tidak tahu atmosfer film mana yang duluan mempengaruhi antara 7 samurai dengan Sansho dayu karena perilisannya hanya berbeda 1 bulan (maret dan april), oh ya saya juga ingin bilang sebenarnya bukan akira kurosawa sutradara paling berpengaruh di jepang melainkan yasujiro ozu melalui karyanya I was born, but... atau judul aslinya Otona no miru ehon - Umarete wa mita keredo yang rilis pada tahun 1932, pada saat itu kurosawa mungkin masih sibuk dengan melukis :D , tapi memang yang membawa jepang terkenal sampai ke seluruh dunia adalah kurosawa dengan karyanya Rashomon (1950), kalo belum nonton, saya sarankan anda menonton film ini, karena film inilah cikal bakal film era zaman samurai menjadi mendunia, meskipun dalam rashomon yang menjadi fokus adalah Point of view dari banyak sudut pandang yang berbeda, bahkan menurut saya mungkin para bandit dalam 7 samurai terilhami oleh tokoh bandit tajomaru dalam rashomon, gaya rambut Toshiro Mifune dalam 2 film tersebut pun hampir sama persis, untuk tulisan anda, sepertinya anda banyak mengambil referensi dari wikipedia, atau saya salah hhehhe, kalo memang diambil dari banyak referensi saya mohon cantumkan sumbernya atau lebih baik menulis dengan gaya sendiri atau bahkan boleh melawan arus, seperti misalnya anda boleh menambahkan bumbu pada review anda, bukan hanya sekedar review yang menjurus spoiler, nanti bukannya yang baca penasaran nonton malah jadi males karena udah tau ceritanya hhehhe, malah menurut saya harusnya bumbunya 60 persen dan reviewnya 40 persen saja, di luar itu semua review anda ini sungguh luar biasa, saya kagum, mungkin kelak anda yang akan jadi kritikus dan saya sebagai penulis naskah siap dikritik, dicerca, dipuji, diamati, bahkan ditusuk-tusuk oleh anda sebagai kritikus film, terima kasih ^_^
ReplyDeleteps: yang ditusuk-tusuk jangan ya, itu cuma perumpamaan doang hhehhe :p
Haha, iya, dari wikipedia. Sumbernya udah dicantumin tapi di post-nya sih. kalo link-nya engga. Makasih kritik dan sarannya,, hehe.
ReplyDeletepuanjang. banget..