Soundcloud: Mengingat Jalan-jalan yang Dilupakan Ingatan (Puisi Agus Noor)
Wednesday, February 25, 2015
Iseng membaca puisi Agus Noor "Mengingat Jalan-jalan yang Dilupakan Ingatan". Sebenarnya puisi ini bercerita tentang anak perempuan yang ingin kembali pada ibunya. Jadi beberapa bait kewanita-wanitaan saya sensor, tapi saya rasa maknanya tetap tersampaikan. Selamat mendengarkan. :)
Teks:
Agus Noor
Mengingat Jalan-jalan yang Dilupakan Ingatan
Semua jalan, Ibu,selalu membawakukepadamu.Di kota yang telah dilupakan oleh ingatan,aku mencoba mengingat jalan-jalanyang pernah kita lalui. Juga jalan-jalanyang belum pernah kita lalui,dan yang mungkin akan kita lalui.Pada setiap jalan yang telah dilupakan oleh ingatanselalu ada kisah yang menolak dilupakan,dan tak mungkin terlupakan.Setiap jalan punya kisah yang dengan tabahdisimpannya sendiri, menanggung lukadan kebahagiaannya sendiri.Ketika melewati sebuah jalankita tak pernah tahu:adakah kita menambahi luka,atau kebahagiannya.Apakah jalan yang kulalui, Ibu,menambah lukamu.Atau menyudahi kebahagianmu?Setelah tahun-tahun yang ingin dilupakanmasih saja aku mengingat sebuah jalanyang membentang dari masa kecil.Jalan yang sabar menyimpan semua tangisanyang kadang ingin kudengar dalam kesendirian.Di jalan yang abadi dalam kenangan itu, Ibu,aku tak lagi bisa membedakan tangismu dan tangisku.Ketika kudengar tangismu, aku sepertimendengar tangisku sendiriKenangan, barangkali memang piringan hitam,yang suka memutar kesedihan berulang-ulang.Kota telah mengubah jalan-jalan, tetapi akanselalu ada jalan yang abadi dalam ingatan.Jalan-jalang menghilang dari sejarah.Mereka terhapuskan tapi tak terlupakan.Seperti engkau yang lelah, tapi menolak menyerah.Bagaikan pengungsi ditawan kegelapan,jalan-jalan itu mencari takdirnya sendiriagar sampai yang sampai padaku,sampai juga kepadamu.Dari arah mana pun jalan itu,dari masa depan atau masa lalu,ia akan selalu membawaku padamu.Adakah jalan itu, Ibu, adalah jalanyang selalu menautkan kepedihandengan kenangan“Agar kau sampai pada sunyiku, marikutunjukkan jalan paling rahasia,ke jantungku,” katamu.Dadamu: kota yang berdebar.Kota penuh jalan rahasiayang telah lama terbakarmenjadi memar kisah samar-samar.Di kota yang dilupakan oleh ingatan inilah, Ibuaku mengingat jalan-jalan dalam dadamu.Kau pernah bercerita;perihal jalan, yang pada suatu harimenjelma burung, terbang dan hinggapke kota lain. Orang-orang memberinyanama baru. Membangun patung seorang pangeranyang menyaru dengan jubah megahnyahanya untuk menutupi kesedihannya.Kini aku mencoba mengingat, Ibu,di sebuah kota yang telah hilang dari ingatan:adakah sebuah jalan yang akan terus menghubungkankenangan dengan kepedihanku, kepadamu.Seorang kekasih, di sebuah losmen murahan,pernah berbisik memelukku.“Akan kukenalkan kau pada satu jalan,” katanyameraih bibirku yang telah mekar oleh gairah.Lalu ia buka bajuku. Kutangku. Celanaku.Susuku. Kulitku. Ingatanku.Dan ia tunjuk, celah pahaku:inilah jalan bebas hambatan,menuju surga.Aku telah memilih jalan bagi kepedihanku,ketika seluruh jalanan di kota ini ingin aku lupakan.Jalanan kota ini penuh mahkluk ganjilyang dadanya menyimpan api kemarahan.Jalan-jalan yang berkobar tubuh para korban:wanita yang mati diperkosa.Jalan-jalan yang mengelabu dan mengelabui.Seperti Malin terdampar di bandaryang mengasingkannya, aku memandang jalan-jalanyang terbakar, di sebuah kota yang telah dilupakanoleh ingatan. Bila waktu sebuah jalan, Ibu,betapa jauh ia telah membawaku melupakanmu.“Bagi seorang anak, sebuah jalan akan melupakan.Ibu adalah jalan mengabadikan,” katamuMungkin, suatu hari orang-orang akan menemukanmutergeletak di sebuah jalan tanpa nama, tanpa ingatan.Pada suatu hari itu, percayalah,hanya aku yang mengingatmu, Ibu.Akan selalu mengingatmu.Meski semua jalan lenyap dari ingatanku.2011
0 comments