All-Important: Tauheed
Friday, September 20, 2013Saya tak menemukan urgensi sebuah kata-kata mutiara --dalam sebuah resume atau data diri-- pada beberapa pertemuan mata kuliah Technical Writing yang saya ikuti di kampus. Di dunia keinsinyuran yang selalu berpautan dengan hal-hal formal dan prosedural, kata-kata mutiara tidak menjadi unsur penting rekognisi seorang insinyur. Saya pikir hal ini juga berlaku pada bidang-bidang pekerjaan lain. #CMIIW
Akan tetapi, sejak saya kecil selalu ada sebuah slot untuk menuliskan kata mutiara di hampir setiap formulir yang saya temui. Biasanya tiap orang punya sebuah kata-kata mutiara favorit yang selalu ditulis di tiap formulir yang ia isi. Lain halnya dengan saya. Sejauh yang saya ingat, saya menuliskan kata-kata mutiara yang berbeda-beda pada tiap form yang harus saya isi di berbagai kesempatan. Tetapi setidaknya saya punya 3 kata mutiara yang biasa saya tuliskan pada kolom "kata-kata mutiara" di sebuah form, yaitu: "Sembahlah Allah Semata!" yang terdengar hype, "Sukses dunia akhirat!" yang terdengar terlalu umum, atau "Solver (Solidarity Forever)!" yang terdengar bernafas kekirian karena juga digunakan sebagai jargon para buruh di Eropa dan Amerika --selain digunakan sebagai jargon anak Teknik Mesin se-Indonesia tentunya. Iya, kata-kata mutiara yang biasa saya tulis tidak terdengar seperti kutipan-kutipan yang elok. Biarlah.
Saya mendapatkan pelajaran-pelajaran berharga pada medio setengah akhir umur belasan tahun, salah satunya sedikit pelajaran tentang tauhid. Kata-kata mutiara "Sembahlah Allah Semata!" yang beberapa kali saya tulis di kolom kata-kata mutiara dan pengejawantahan-pengejawantahannya juga saya dapatkan saat duduk mendengar orang-orang menerangkan tentang tauhid atau saat membaca buku-buku tentang tauhid.
Pendek kata, di blog yang mulai kusut dengan konten-konten yang tidak menarik ini, saya ingin sedikit mengulas mengenai tauhid, karena sejauh perjalanan hidup saya, tauhid adalah hal paling penting di dunia ini.
1. Tauhid Rubbubiyyah: meyakini bahwasanya Allah adalah dzat yang mencipta, mengatur, dan memelihara seluruh alam raya ini.
2. Tauhid Uluhiyyah: meyakini bahwasanya Allah adalah satu-satunya dzat yang pantas disembah.
3. Tauhid Asma' wa Sifat: meyakini bahwasanya Allah punya nama-nama dan sifat-sifat dan meyakini nama-nama dan sifat-sifat tersebut.
Nash-nash di Qur'an dan hadits-hadits yang berkaitan dengan tauhid ada banyak. Saya uraikan sedikit yang saya tahu.
Mungkin anda pernah dengar hadits yang berbunyi: "Iman itu memiliki 70 lebih atau 60 lebih cabang, yang paling tinggi adalah kalimat 'Laa Ilaaha Illallah', yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan malu adalah bagian dari iman." (muttafaq 'alaih)
Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwasanya kalimat tauhid 'Laa Ilaaha Illallah' adalah cabang iman paling tinggi. Mengucapkan, meyakini, dan mengamalkan kalimat tauhid tersebut adalah cabang iman paling tinggi.
Dalam beberapa keterangan hadits atau ayat-ayat di Qur'an dijelaskan bahwa manusia yang berbuat dosa-dosa besar masih punya kesempatan untuk masuk surga, asal tak melakukan syirik yang bertentangan dengan tauhid. Pendek kata, Allah dapat mengampuni hambanya yang berselimut dosa, dan memasukkannya ke surga asal tak terjerumus pada kesyirikan. Perkara ini sungguh besar, menurut saya.
Saya tak hafal dalil-dalilnya, silakan tanyakan sendiri pada orang-orang berilmu. Tapi, intinya seperti itu.
Pembahasan tentang hal ini sangat panjang. Saya tak punya kapabilitas yang cukup untuk menguraikan hal ini panjang lebar. Belajarlah, pahamilah. Tuhan ngga pernah bohong, kok. Oh, iya. Ada kalanya (atau sering malah) saya menulis di blog ini sebagai murajaah atau pengingat kembali bagi diri sendiri lhoo.. Kalau ada yang secara sengaja atau tidak sengaja mampir ke blog ini, ya semoga bermanfaat..
Terimakasih. :))
0 comments