Jadilah Insinyur, Dokter, atau Tukang Ledeng Yang Baik
Tuesday, August 06, 2013Ada berbagai macam alasan orang untuk bercita-cita jadi insinyur,
dokter, tukang ledeng, bidan, atau tukang kayu. Motif ekonomi itu pasti. Bahkan jika
anda mau bertanya secara personal pada tentara yang baru saja lulus open recruitment, anda akan mendapati
mereka ingin jadi tentara bukan hanya karena rasa nasionalisme, tetapi juga
karena motif ekonomi, meskipun kita tahu setelah mendapat gemblengan militer
yang luar biasa, tentara adalah salah satu korps yang paling siap melakukan apa
saja demi negara, khususnya dalam bidang kemiliteran. Lalu, selain alasan
ekonomi, adakah alasan lain bagi kita untuk menekuni suatu bidang tertentu?
Dahulu jabatan Menteri Penerangan tercantum dalam daftar
kabinet pemerintahan Indonesia. Hal itu terjadi sebelum era reformasi. Pasca
reformasi, jabatan Menteri Penerangan tersebut beralih nama menjadi Menteri
Komunikasi dan Informatika. Tentu yang terjadi bukan sekadar perubahan nama, tetapi
ada perubahan atau penambahan program-program kerja. Hal ini terjadi karena
setiap jaman butuh spesialisasi keahlian dan layanan yang berbeda-beda sesuai
perkembangan iptek dan kebutuhan masyarakat.
Setiap kaum di suatu tempat
butuh orang-orang dengan keahlian yang berbeda-beda untuk menjalankan kehidupan
masyarakat yang saling melengkapi. Dalam tinjauan Islam, menekuni pekerjaan
sebagai dokter, insinyur, atau pekerjaan lain (yang membutuhkan keahlian khusus
dan dibutuhkan masyarakat) dihukumi fardhu
kifayah. Hal ini berarti dalam setiap koloni masyarakat setidaknya harus ada
seseorang yang ahli dalam bidang kedokteran untuk mengurusi kebutuhan akan
layanan kesehatan. Hal ini juga berlaku pada profesi-profesi lain.
Dengan sedikit menyisipkan niat untuk melengkapi kepingan puzzle kehidupan-saling-melengkapi-masyarakat
melalui profesi masing-masing, barang kali kita dapat
menjadi pekerja yang tidak berorientasi pada uang semata, tetapi juga pekerja yang peduli pada masyarakat, terlebih jika
pekerjaan yang kita tekuni mengharuskan kita mengurusi orang banyak. Atau setidaknya jika
ada beberapa ilmu di bangku kuliah yang seharusnya juga diketahui khalayak
ramai, kita bisa membaginya dengan media publikasi yang kita miliki (blog
misalnya).
Bayangkan, jika tidak ada Dahlan Iskan, Habibie, atau ahli-ahli
lain dalam bidang otomotif (termasuk dosen saya, hehe) yang menyampaikan
pendapatnya tentang mobil Esemka di media massa atau di ruang-ruang kelas.
Mungkin masyarakat akan terus-menerus terlena dengan pemberitaan mobil Esemka
yang ‘berlebihan’. Meskipun agak menyakitkan, kita wajib tahu untuk memproduksi
mobil nasional dalam skala besar, kita butuh dasar keilmuan yang kuat.
Butuh riset bertahun-tahun (bahkan Malaysia pun butuh waktu
belasan tahun dan hingga sekarang belum optimal), butuh perhitungan rumus-rumus
mekanika, butuh pengujian termal, butuh pemilihan material dan pengujiannya, juga
butuh konsep after-sale service untuk
membuat dan memproduksi mobil nasional. Bahkan untuk part terkecil sekalipun –misalnya
baut dan mur– butuh perhitungan tertentu –entah menggunakan software atau pengecekan secara manual– agar diperoleh spesifikasi yang pas.
Alvin Toffler pernah berkata, “Society needs people who take care of the elderly and who know how to
be compassionate and honest. Society needs people who work in hospitals.
Society needs all kinds of skills that are not just cognitive; they’re emotional,
they’re affectional. You can’t run the society on data and computers alone.” (Saya mendapati kutipan ini
setelah membaca tulisan Aditya Nugroho yang berjudul “Memanfaatkan waktu” di
blog pribadinya).
Melalui kutipannya tersebut Alvin Toffler berharap suatu kaum
memiliki orang-orang yang tidak hanya memiliki keahlian kognitif, tetapi juga
orang-orang dengan kepedulian yang cukup pada sesama. Jadikanlah dirimu pekerja yang
berketerampilan dan peduli pada masyarakat –entah sedikit atau banyak–
bagaimanapun caranya.
3 comments
benar kata anda. orientasi jgn cuma pada uang, tapi masyarakat juga :)
ReplyDeleteyang penting, apapun keahlian kita kalau dilaksanakan dengan sungguh-sungguh pasti berguna buat kedepannya.
ReplyDeletecontohnya aja dengan ngeblog. bisa bagi-bagi ilmu sama orang lain. lumayan dapet pahala.
we are a part of them.
ReplyDelete