Away Days: Menyapa HMM ITS dan Apa Itu Mesin? [bagian 2]
Friday, July 05, 2013
Postingan ini adalah lanjutan postingan sebelumnya "Away Days: Menyapa HMM ITS dan Apa Itu Mesin? [bagian 1]" mengenai kunjungan saya dan rekan-rekan HMM ke ITS beberapa waktu lalu.
Dalam suatu ekosistem yang populasi wanitanya lebih sedikit
dari populasi laki-lakinya, selain wanita-wanitanya akan banyak disukai oleh
laki-laki, wanita dalam ekosistem tersebut juga akan tampak lebih aktif dan
lebih berdikari. Mungkin ada sedikit semangat emansipasi wanita yang
melatarbelakanginya atau setidaknya wanita-wanita di tempat itu akan lebih
banyak diperhatikan sehingga tampak aktif. Mungkin juga, wanita akan lebih
bersemangat jika bisa bersaing dengan laki-laki daripada dengan sesama wanita. Jadi,
premis yang mengatakan jika wanita menjadi minoritas di suatu tempat akan
terlihat lebih terang daripada saat jadi mayoritas adalah benar adanya.
Di kampus Mesin saya yang isinya kebanyakan laki-laki ini –sementara
wanitanya tak lebih dari 4%– wanita-wanitanya juga punya prestasi yang
mentereng. Tak perlu saya sebutkan satu per satu, tapi rata-rata prestasi
akademik kaum wanita di kampus saya lebih baik dari kaum laki-laki.
Meskipun karena saking sedikitnya jumlah wanitanya, terlalu susah
untuk digeneralisisir dan mungkin pada tahun-tahun mendatang kejayaan
wanita-wanita di Mesin agak berbeda, tergantung input-nya. Tetapi setidaknya
untuk saat ini mereka punya prestasi yang baik baik dari sisi akademik, pun
dari sisi non-akademik.
Berangkat dari prestasi kaum Hawa dan kaum Adam di Mesin
yang tidak jauh berbeda, sebenarnya disiplin ilmu Teknik Mesin ‘terbuka’ bagi
siapapun. “Mereka (para pengguna jasa insinyur Mesin), tidak butuh otot tetapi
thinking,” kata Bambang Pramujati, dosen Mesin ITS yang saya temui saat
berkunjung ke ITS beberapa waktu lalu.
Untuk meningkatkan prosentase wanita di kampusnya, bahkan
Mesin ITS membuat kebijakan PMDK khusus wanita. Sehingga, tiap tahun setidaknya
mereka menerima 30-40 mahasiswi. Dengan meningkatnya jumlah mahasiswi yang
menuntut ilmu Teknik Mesin, diharapkan akan semakin banyaknya pilihan bagi perusahaan
yang memang (terkadang) mencari sarjana Teknik Mesin wanita karena beberapa
alasan, seperti: wanita tidak suka berpindah-pindah tempat kerja dan tidak harus
menanggung kebutuhan keluarganya layaknya lelaki, sehingga mereka lebih mudah
merasa settle di tempat kerja.
Mungkin juga dengan banyaknya mahasiswi di Kampus Mesin,
akan ada beberapa spot yang selama ini kosong dapat terisi, seperti adanya departemen
An-Nisa’, tim olahraga putri, atau suporter wanita Mesin. Selain itu juga akan akan
semakin banyak pilihan untuk menjadi MC dan penjaga meja registrasi di tiap
acara yang dibuat anak-anak Mesin. J
Silakan ceritakan ke sanak saudara anda, jika Ilmu Teknik
Mesin bukan cuma milik laki-laki.
0 comments