Satu Bintang Itu Milik Bambang
Wednesday, April 17, 2013Selebrasi Bambang dan beberapa pemain Timnas Vs Thailand AFF 2010 |
Saat mengikuti kuliah berjudul Mekanika
Kekuatan Bahan, dosen saya pernah menuturkan, beberapa dosen yang mengajar di
jurusan saya banyak yang mengajar lantaran hobi atau merasa senang ketika
mengajar. Tetapi beliau juga mengeluhkan, terkadang dosen tidak terlalu
mencermati apakah mahasiswa dapat mengerti secara baik materi-materi yang disampaikan
atau tidak.
Dalam menjalani sebuah profesi tidak cukup
semata-mata hanya mengandalkan cinta terhadap profesi tersebut. Terkadang
profesi juga memberikan beban kepada orang yang menjalaninya dengan acuan-acuan
tertentu –bahkan terkadang sangat formal dan prosedural— yang menuntut
seseorang untuk menjadi profesional. Bahkan pada beberapa profesi, dibuat kode
etik yang secara gamblang mengatur batasan-batasan dan etika dalam berprofesi.
Apapun
profesi yang kita jalani, percayalah, kita tak akan mampu bertahan tanpa
mengerti hal-hal formal dan prosedural yang terikat dengan profesi tersebut,
sekalipun kita mencintai profesi itu. Terlebih pada beberapa profesi yang
menuntut seseorang harus berhubungan dengan banyak orang, kita tidak hanya harus
menuntut diri sendiri untuk profesional, tetapi kita akan ‘berhadapan’ dengan
orang-orang yang ‘memainkan’ emosi kita.
Beberapa hari lalu, salah seorang legenda
hidup sepak bola Indonesia, Bambang Pamungkas menyatakan pensiun dari Timnas
Indonesia. Saya adalah salah seorang yang tidak terlalu terkejut dengan
keputusan Bambang tersebut. Dengan berbagai rekor yang ia miliki, Bambang telah
berusaha memberikan segalanya dan tampaknya akan sulit bagi pemain-pemain lain
untuk memberikan kontribusi yang setimpal seperti yang ia berikan.
Selain rekor-rekor yang ia miliki Bambang juga
mengajarkan kita sikap-sikap profesional yang harusnya dimiliki tiap orang
dalam menjalani profesinya. Saat perhelatan AFF Cup 2010 Bambang bukanlah
pilihan utama pelatih Alfred Riedl di posisi striker. Ia hanya dipasang sebagai
pelapis Christian Gonzales dan Irfan Bachdim. Namun menyadari posisinya sebagai
kapten tim, Bambang tetap memimpin rekan-rekannya saat melakukan pemanasan di
lapangan meskipun dia hanya akan duduk di bangku cadangan setelah pertandingan
siap dimainkan. Tentu bukan perkara mudah bagi seorang pemain dalam posisi itu.
Merasa risih itu pasti.
Saat terjadi konflik internal di kubu Timnas,
tepatnya pada awal tahun 2011 saat pelatih Alfred Riedl diganti dengan tidak
wajar dengan Wim Rijsbergen, Bambang merupakan salah seorang pemain yang secara
profesional tetap menerima keputusan tersebut walaupun beberapa pemain lain
merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut. Pada media, Bambang mengatakan ada
pemain yang menyampaikan padanya tidak ingin bermain jika tim dilatih oleh Wim.
Lalu Bambang menanggapi keluhan rekan satu timnya tersebut. Menurutnya pemilihan
pelatih bukan kewenangan pemain melainkan pengurus.
Saat terjadi dikotomi liga pada tahun 2011,
Bambang juga secara tegas tetap bergabung dengan Persija versi Ferry Paulus
yang tidak diakui PSSI meskipun ia harus menyia-nyiakan kesempatan membela
Timnas dan bermain di liga resmi PSSI. Keputusan Bambang ini tidak salah, toh
setahun kemudian melalui peradilan perdata, Persija versi Ferry Paulus-lah yang
akhirnya dinyatakan sebagai satu-satunya klub Persija dan satu-satunya klub
yang boleh memakai nama Persija. Ini adalah sebuah sikap profesional Bambang
yang tetap bersikeras mengikuti klub Persija yang resmi, hingga pengadilan
membenarkan sikapnya.
“Jika anda sekalian masih ragu dan sangsi
dengan Persija Jakarta yang sebenarnya, maka bertanyalah kepada Bis Persija
Jakarta yang berwarna orange dan bergambar macan itu. Bis yang catnya sudah
mulai memudar, mengelupas serta berkarat itu akan bercerita secara detail
siapa-siapa saja pemain, pelatih serta pengurus yang pernah berbaju Persija
Jakarta selama 15 tahun terakhir,” tulis Bambang di postingan yang berjudul
“Satu Bintang Itu Milik Kami” di bambangpamungkas20.com
tertanggal 16 Januari 2012.
Sebagian dari kita hanya melihat performance pemain Timnas di lapangan
lalu memberikan tanggapan atas performance
tersebut tanpa pernah melihat lebih jauh kehidupan pemain di balik panggung
lapangan hijau. Adalah sebuah sikap profesional ketika Bambang hampir selalu
memenuhi panggilan Timnas di saat keluarganya merasa risih dengan
kritikan-kritikan yang tertuju pada Bambang ketika bermain buruk.
“Tetapi, ketika
saya bermain untuk timnas Indonesia, ketika tidak memuaskan publik, maka dari
Sabang sampai Merauke yang mengritik saya. Itu konsekuensi. Mungkin bagi saya,
itu hal yang wajar karena itu sebuah konsekuensi yang sangat saya pahami
sebagai pemain sepak bola. Tetapi, bagi keluarga, tidak semudah itu,” tutur
Bambang seperti yang dilansir oleh bola.kompas.com
dalam tulisan berjudul “Tanggung Jawab Moral Saya Membela Timnas Saat Terpuruk” tertanggal 20
Januari 2013. Tidak heran istri Bambang, Tribuana Tungga
Dewi selalu berdoa agar Bambang tidak masuk daftar pemain yang dipanggil Timnas
tiap ada pemusatan latihan. Namun, apa boleh buat. Tribuana harus berlapang dada dengan sering diikutsertakannya Bambang dalam skuad Timnas.
Pada 1 April 2013 melalui blog pribadinya
Bambang secara resmi mengumumkan pensiun dari Timnas. Kita patut berterimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Bambang atas dedikasinya untuk persepakbolaan Indonesia
selama ini.
“Seperti yang sering saya sampaikan kepada
rekan-rekan semua bahwa pemain, pelatih, dan manajemen bisa datang dan pergi
kapan saja. Akan tetapi Persija Jakarta harus dan akan terus ada sampai
kapanpun,” tutur Bambang saat harus menerima kenyataan dirinya bukan lagi
termasuk dalam skuad Persija di kompetisi ISL 2013. Seperti Bambang berkomentar
saat harus meninggalkan klub Persija, seharusnya kita juga sadar pemain, pelatih,
dan manajemen Timnas Indonesia bisa berubah-ubah sewaktu-waktu. Namun satu hal
yang pasti, Timnas Indonesia harus tetap mendapat dukungan dari kita semua.
(Tulisan ini juga dimuat di footballfandom.net)
(Tulisan ini juga dimuat di footballfandom.net)
0 comments