me and football part 3: Sepak Bola Itu Terbaca
Thursday, January 17, 2013
Faktor kedaerahan, nasionalisme, favoritisme, atau fanatisme
adalah beberapa alasan yang membuat kita tak jemu-jemu menonton sepakbola. Boleh
jadi keinginan kita menonton Timnas Indonesia atau tim lain yang kita dukung
bukan karena skill menawan yang
disajikan para pemain dalam skuad, tetapi euforia yang menjadi candu bagi kita
untuk mendukung mereka sekalipun penampilan buruk selalu di tampilkan merupakan hal yang lebih dominan. Tetapi, bagi saya yang berusaha observatif
akhir-akhir ini dalam menonton sepakbola, keinginan menonton sepakbola karena
alasan teknis adalah sebuah pencerahan sekalipun saya juga punya rasa fanatisme
untuk menjagokan beberapa tim sepakbola.
Sejak SMA, dengan bakat intelektual pemberian Tuhan yang
saya miliki layaknya orang-orang lain yang juga memilikinya, saya berusaha
‘membaca’ sepakbola. Berawal dari membaca beberapa bab buku mengenai hal-hal
dasar dalam sepakbola yang saya temui di google
books, saya menyadari bahwa sepakbola adalah sesuatu yang bisa dipelajari
secara teoritis, meskipun pematangan teori-teori yang ada tersebut haruslah
dilakukan dengan mempraktekkannya.
Sejak saat itu, saya mulai mengamati detail bagaimana
rekan-rekan saya yang memang sudah jago
bermain bola melakukan gerakan-gerakan yang sebelumnya berlalu begitu
saja bagi saya. Salah satu gerakan favorit yang hampir selalu mereka peragakan
saat kami bermain bola adalah semacam gerakan pivot untuk keeping ball. Mereka akan memutar badan dengan salah satu kaki
sebagai poros untuk menghindari intersepsi lawan. Satu trik lain yang juga
cukup sering mereka praktekkan adalah gerakan keeping ball untuk mencari ruang tembak. Gerakan ini dilakukan
dengan cara mengayunkan kaki dengan seakan-akan menendang bola namun justru
membelokkan bola ke arah samping untuk melewati lawan atau mencari ruang
tembak. Untuk yang satu ini, saya mendalaminya setelah mengunduh video di
Youtube. Meskipun saya tetap tidak jago-jago amat dalam bermain bola,
setidaknya beberapa informasi hasil dari mengamati sepakbola yang saya dapatkan
membantu saya dalam meng-increase
sedikit skill bermain bola.
Sewaktu usia 9 tahun saat berlatih sepak bola di sebuah SSB
selama beberapa bulan. Saya merasa heran atas kemampuan seorang teman bernama
Sigit yang selalu bisa melakukan heading
dengan baik saat sesi latihan heading.
6 tahun setelahnya, saya baru menemukan jawaban mengapa Sigit saat itu selalu berhasil
melakukan heading dengan baik setelah
membaca buku di google books. Salah
satu trik untuk menyundul bola dengan baik adalah dengan cara tetap membuka
mata saat bola mendekat ke kepala. Tujuannya adalah agar bola dapat diarahkan dengan
baik dengan mata sebagai sensor yang memicu otak untuk memberikan respon yang
akan disalurkan pada syaraf-syaraf motorik, sehingga bola dapat diarahkan
dengan benar oleh kepala. Andai pelatih saya di SSB Tata Kraton FC waktu itu
memberitahu saya mengenai hal ini dan trik-trik sederhana lain dalam bermain
bola, mungkin saya akan lebih jago bermain bola.
Setelah banyak men-download
video Youtube mengenai tutorial sepakbola dan mengamati teman-teman bermain
bola, mulailah muncul keinginan menonton sepakbola karena alasan teknis.
Beberapa kali saya melihat beberapa trik saat menonton bola di TV dan berhasil
saya praktekkan, sekali lagi walaupun skill
saya tidak begitu menonjol karena fisik dan bakat saya (mungkin) juga tidak
terlalu baik. Hal inilah yang membuat fanatisme saya pada tim-tim kesayangan
mulai berkurang tanpa saya sadari, karena seringkali para pemain di atas
lapangan tidak banyak bereksplorasi dengan banyak trik layaknya brazillian way, atau dengan kata lain
mereka lebih mematangkan hal-hal dasar seperti passing dan controlling.
Saya menganggap sikap selektif dalam menonton bola seperti
ini positif bagi saya. Saya tidak terlalu berhasrat untuk terus-terusan bangun
malam untuk menonton bola, saya tidak terlalu banyak menghabiskan waktu untuk
menonton bola, dan lain sebagainya. Saat ini saya mulai lagi punya rasa untuk
menonton bola karena favoritisme bukan hanya karena alasan teknis lagi. Semoga
saja tidak terlalu dalam rasa kesukaan saya ini.
0 comments